Jumat, 13 Mei 2016

IMS




BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Di Indonesia penyakit ini mulai menjalar dengan perkembangan penularan yang cukup cepat. Tidak dapat disangkal bahwa mata rantai penularan infeksi menular seksual adalah wanita tunasusila (WTS) yang dapat menyusup dalam kehidupan rumah tangga. Perubahan perilaku seksual telah menyebabkan timbulnya berbagai masalah yang berkaitan dengan infeksi menular seksual dan kehamilan yang tidak dikehendaki. Bila penyakit infeksi menular seksual sebagian besar dapat diselesaikan dengan pengobatan yang tepat sehingga tidak menimbulkan penyulit selanjutnya, berbeda dengan kehamilan yang tidak dikehendaki. Masalah terakhir ini mempunyai dampak yang lebih luas baik biologis, psikologis, sosial, spiritual, dan etika.
Penyakit infeksi menular seksual dapat menimbulkan infeksi akut (mendadak) yang memerlukan penanganan yang tepat karena akan dapat menjalar ke alat genitalia bagian dalam (atas) dan menimbulkan penyakit radang panggul. Pengobatan yang kurang memuaskan akan menimbulkan penyakit menjadi menahun (kronis) dengan akibat akhir rusaknya fungsi alat genitalia bagian dalam sehingga menimbulkan kurang subur atau mandul.
Kebijakan nasional penanggulangan HIV/AIDS menggarisbawahi kebutuhan serangkaian program layanan yang komprehensif  dan bermutu yang menjangkau luas masyarakat dengan tujuan (a) mencegah dan mengurangi penularan HIV/AIDS, (b) meningkatkan kualitas hidup Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), (c) mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV/AIDS pada individu. Kebijakan nasional juga memberikan prioritas kepada program intervensi yang potensial efektif dengan biaya yang dapat dijangkau. Program layanan yang komprehensif HIV/AIDS mencakup (a) promosi dan pencegahan, (b) perawatan dukungan dan pengobatan, (c) pemberdayaan sosial dan ekonomi, (d) penciptaan lingkungan fisik dan sosial yang kondusif terhadap upaya penanggulangan, dan (e) penguatan kelembagaan. Program pencegahan transmisi seksual dilakukan melalui promosi penggunaan kondom, pengobatan, dan Voluntary Counseling and Testing)
1.1.1        Rumusan Masalah
2.      Apa itu IMS?
3.      Apa saja jenis-jenis IMS ?
4.      Apa saja deteksi dini dari IMS dan pencegahannya?
5.      Apa itu VCT?
6.      Apa saja tahapan dari VCT?
7.      Apa itu PMTCT?
8.      Implementasi dari PMTC

1.1.2        Tujuan masalah
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan IMS.
3.      Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis IMS.
4.      Untuk mengetahui deteksi dini dari IMS dan pencegahannya.
5.      Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan VCT.
6.      Untuk mengetahui tahapan dari VCT.
7.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan PMTCT.
8.      Untuk mengetahui implementasi dari PMTCT.













BAB II
PEMBAHASAN

2.1              Defenisi IMS
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Infeksi Menular Seksual akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan bergonta ganti pasangan, baik melalui vagina, oral maupun anal.
IMS menyebabkan infeksi alat reproduksi yang dianggap serius. Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan dan kematian. IMS itu sendiri lebih beresiko pada perempuan karena alat reproduksinya bersifat lebih rentan, dan sering kali berakibat lebih parah karena gejala awalnya tidak langsung dikenali, sedangkan infeksi berlanjut ketahap yang lebih parah.IMS juga dapat menyebabkan penyakit HIV/AIDS karena sering bergonta ganti pasangan.

2.2              Jenis-jenis IMS
Ada beberapa macam infeksi yang bisa digolongkan sebagai IMS. Di Indonesia yang banyak ditemukan saat ini adalah :
a.       Gonore (GO) Gonore disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrheae. Ada masa tenggang selama 2-10 hari setelah kuman masuk kedalam tubuh melalui hubungan seks.
b.      Sifilis (Raja Singa) Kuman penyebabnya adalah Treponema Pallidum. Masa tenggangnya berlangsung 3-4 minggu, kadang-kadang sampai 13 minggu
c.       Herpes Genitalis Infeksi ini disebabkan oleh virus Herpes Simplex. Masa tenggang ineksi ini yaitu 4-7 hari sesudah virus masuk kedalam tubuh.
d.      KlamidiaInfeksi ini disebabkan oleh chlamidia trachomabis dengan masa tanpa gejala berlangsung 7-21 hari
e.       Trikomoniasis Vaginalis Trikomoniasis adalah IMS yang disebabkan oleh jamur candida albicans. Pada keadaan normal, jamur ini terdapat dikulit maupun  didalam liang kemaluan perempuan. Tetapi pada keadaan tertentu, jamur ini meluas sedemikian rupa sehingga menimbulkan keputihan.
f.       Kutil Kelamin Penyebabnya adalah human papiloma virus (HPV) dengan gejala yang khas yaitu terdapat satu atau beberapa kutil disekitar kemaluan. Pada perempuan, dapat mengenai kulit didaerah kelamin sampai dubur, selaput lender bagian dalam liang kemaluan sampai leher rahim. Sedangkan pada laki-laki dapat mengenai alat kelamin dan saluran kencing bagian dalam. Kadang-kadang kutil tidak terlihat sehingga tidak disadari.

2.3              Deteksi Dini Dari IMS dan Pencegahannya
2.3.1        Deteksi Dini
Gejala IMS pada laki-laki lebih mudah dikenali sebab bentuk dan letak alat kelaminnya lebih menonjol, sedangkan pada sebagian besar perempuan gejala awalnya seringkali tidak disadari.
Pada laki-laki gejala IMS antara lain :
1.      Bintil-binti berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin
2.      Luka tidak sakit, keras dan berwarna merah pada alat kelamin
3.      Adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam
4.      Rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin
5.      Rasa sakit yang hebat pada saat kencing
6.      Kencing nanah atau darah yang berbau busuk
7.      Bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah menjadi borok
8.      Kehilangan berat badan yang drastic, disertai mencret terus menerus, dan sering demam serta berkeringat malam.
Pada perempuan, gejala-gejalanya antara lain :
1.      Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual
2.      Ranya nyeri pada perut bagian bawah
3.      Pengeluaran lendir pada vagina
4.      Keputihan berwarna putih susu, bergunpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya
5.      Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk dan gatal
6.      Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seks
7.      Bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin.


2.3.2         Pencegahan
IMS dapat dicegah dengan berbagai cara, antar lain :
a.       Tidak melakukan seks pranikah
b.      Saling setia dengan pasangan
c.       Menghindari hubungan seks yang tidak aman
d.      Menggunakan kondom bila salah satu suami/istri terkena IMS
e.       Selalu menjaga kebersihan alat kelamin dan periksa segera bila ada gejala

2.4              Definisi VCT
VCT ( Voluntary Counseling and Testing) ialah suatu  proses yang bertujuan memungkinkan perorangan maupun pasangan untuk melakukan tes HIV. Proses ini disebut "voluntary" karena sifatnya sukarela. Artinya, konseling dalam rangka tes HIV dan tes HIV itu sendiri pada prinsipnya tidak bisa diharuskan. Hal ini terutama untuk mencegah terjadinya diskriminasi. Misalnya supaya perusahaan atau institusi tidak bisa mengharuskan tes HIV lalu menolak lamaran kerja calon pegawai atas dasar hasil tes yang positif atau memecat pegawai yang ternyata positif HIV.

2.5              Tahap Pelaksanaan VCT
Ada sejumlah tahapan yang harus dilakukan dalam layanan VCT,  mulai dari konseling pra testing, informed consent, testing HIV dalam VCT, konseling pasca testing. Semua proses tersebut dilakukan secara sukarela oleh klien.
Untuk konseling pra testing, dilakukan komunikasi awal antar klien dengan konselor. Pada proses ini perkenalan untuk menimbulkan rasa percaya diri pada klien sangat penting dilakukan. Sampai akhirnya klien bersedia memberikan persetujuan tertulis.
Sebelum klien memberikan persetujuan tertulis (informed consent) konselor akan memberikan informasi lengkap mengenai penyakit HIV/AIDS. Dampaknya terhadap kesehatan dan sejumlah informasi lain yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Setelah klien paham, baru dilakukan tindakan medik yang dapat didefinisikan sebagai ijin yang diberikan klien dengan bebas dan rasional.
Kemudian baru dilakukan testing HIV dalam VCT. Prinsip dalam testing ini dilakukan secara sukarela dan terjaga kerahasiannya.  Testing yang digunakan adalah testing serologis untuk mendeteksi antibodi HIV dalam serum atau plasma.

2.6              Pengertian dari PMTCT
Menurut Depkes RI (2008), Prevention Mother to Child Transmission (PMTCT) atau Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA), merupakan program pemerintah untuk mencegah penularan virus HIV/AIDS dari ibu ke bayi yang dikandungnya. Program tersebut mencegah terjadinya penularan pada perempuan usia produktif, kehamilan dengan HIV positif, penularan dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya. Menurut WHO (2009), kecenderungan infeksi HIV pada perempuan dan anak meningkat, sehingga diperlukan berbagai upaya untuk mencegah penularan HIV dari ibu hamil ke bayi antara lain dengan program PMTCT. Program PMTCT dapat dilaksanakan pada perempuan usia produktif, melibatkan para remaja pranikah dengan jalan menyebarkan informasi tentang HIV/AIDS, meningkatkan kesadaran perempuan tentang bagaimana cara menghindari penularan HIV/AIDS dan infeksi menular seksual (IMS), menjelaskan manfaat dari konseling dan tes HIV/AIDS secara sukarela, melibatkan kelompok yang beresiko, petugas lapangan, kader PKK, dan bidan
Sementara menurut WHO (2010) beberapa tujuan diterapkannya program pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi, antara lain:
1.        Mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi. Hal ini disebabkan karena sebagian besar infeksi HIV pada bayi ditularkan dari ibu. Diperlukan upaya intervensi dini yang baik, mudah dan mampu laksana guna menekan proses penularan tersebut;
2.        Mengurangi dampak epidemi HIV terhadap Ibu dan Bayi. Dampak akhir dari epidemi HIV berupa berkurangnya kemampuan produksi dan peningkatan beban biaya hidup yang harus ditanggung oleh ODHA dan masyarakat Indonesia dimasa mendatang karena morbiditas dan mortalitas terhadap ibu dan bayi.
Tujuan dari PMTCT yaitu :
1.    Mencegah Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
2.    Mengurangi dampak epidemi HIV terhadap Ibu dan Bayi

2.7              Implementasi PMTCT

Dengan pusat perhatian masalah HIV pada besaran perempuan telah terjadi penurunan penularan HIV akibat IDU & transfuse , namun terjadi peningkatan penularan HIV akibat kontak heteroseksual & resiko lain. Ditingkat Nasional besaran masalah HIV di Indonesia menunjukan Indonesia sejak Tahun 2000 sebagai daerah epidemi terkonsentrasi.
Populasi nya spesifik dan tertentu yakni para pengguna narkoba suntik, promiskuitas. Pada akhir Juni 2005 telah tercatat sebanyak 7.098 kasus HIV/AIDS, yang terdiri dari 40 % perempuan pada usia reproduksi aktif. Keadaan pada saat ini menunjukan peristiwa Ibu HIV positip hamildapatmenularkanHIVkebayiselama masa kehamilan, persalinan dan laktasi.
Dampak infeksi HIV yang terasa pada saat ini terhadap ibu dan bayi, adalah sebagai berikut: Pada ibu, adanya stigma sosial disertai dengan kematian yang meningkat . Pada anak,adanya stigma social, terjadi gangguan tumbuh kembang disertai peningkatan kematian , penyakit seumur hidup , isu kepatuhan berobat yang rendah dan cepat menjadi yatim piatu.
Alasan PMTCT di selenggarakan:
Pertama , penularan HIV pada anak sudah menunjukan 90%. Karena MTCT,10% Karena transfuse. Kedua , infeksi HIV dari ibu keanak mengganggu kesehatan anak. Ketiga, penularan dapat ditekan sampai 50 % melalui intervensi feasible , affordable. Keempat,memungkinkan dilakukannya pencegahan primer kepada pasangan, perawatan dan pengobatan keluarga.
Konsep dasar PMTCT adalah mengurangi Menurunkan Viral load serendah-rendahnya. Meminimalkan paparan janin / bayi dengan cairan tubuh HIV positif. Lalu mengoptimalkan kesehatan bayi dari ibu dengan HIV positif.
Strategi & implementasi
Strategi yang dilakukan dalam kegiatan PMTCT (Prevention Mother To Child Tramsmision ) adalah sebagai berikut , yakni (1).Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia reproduksi. (2) Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan padaibuHIVpositif.(3)Mencegah terjadinya penularan HIV dari Ibu hamil HIV positif ke bayi yang dikandungnya.(4) Memberikan dukungan psikologis ,social dan perawatan kepada ibu HIV positip beserta bayi & Keluarganya. Sedangkan implementasi dari program PMTCT adalah (1). Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia reproduksi.
Pada skala nasional. adalah mengurangi stigma. Meningkatkan kemampuan masyarakat melakukan perubahan perilaku. Komunikasi perubahan perilaku untuk remaja / anak muda. (2) .Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif melalui promosi & distribusi kondom.
Penyuluhan ke masyarakat tentang  PMTCT terutama kpd lelaki. Konseling pasangan yang salah satunya terinfeksi HIV. Konseling perempuan / pasangannya jika hasil tes HIVnya negative selama kehamilan.( 3) . Mencegah terjadi penularan HIV dari Ibu hamil HIV positip ke bayi yang dikandungnya.
Merujuk ibu HIV positif ke sarana layanan kesehatan TK Kabupaten / Propinsi untuk mendapatkan layanan tindak lanjut. (4). Memberikan dukungan psikologis, social dan perawatan kepada ibu HIV positif beserta & keluarganya dengan merujuk ibu HIV positip ke sarana layanan kesehatan TK Kabupaten / Propinsi untuk mendapatkan layanan tindak lanjut.
Tiga komponen utama dalam implementasi program PMTCT yakni : Mobilisasi masyarakat, partsipasi pria dan konseling. Sedangkan kegiatam konseling dalam PMTCT dilakukan pada saat sebelum dan sesudah tes HIV , pada saat konseling ARV, pada saat konseling kehamilan & Persalinan, pada saat konseling Pemberian Makanan Bayi.
Dan pada saat konseling Psikologis & social. Program Integrasi PMTCT & KIA dimaknai untuk segera diwujudkan karena ada kesamaan tujuan utama. , kesamaan sasaran ( Ibu & bayi ) , hal ini dimaksudkan untuk Efektifitas dan . Efesiensi.. Sedangkan potensi pendukung integrasi program PMTCT & KIA Infrastruktur jejaring : Puskesmas ,Pustu,Polindes,Ponsyandu.Sistem Pencatatan & pelaporan Terpadu. Cakupan: kunjungan antenatal ( K1) secara nasional telah mencapai target Peluang dan kendala kemungkinan integrasi program PMTCT & KIA untuk diwujudkan ternyata masih perlu banyak persiapan antara lain karena belum semua tenaga medis & paramedis terampil dalam pencegahaan infeksi , lalu masih terjadi stimatisasi walaupun dilingkungan medis.
Bottom of Form

BAB III
PENUTUP

3.1              KESIMPULAN
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual. Infeksi Menular Seksual akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan bergonta ganti pasangan, baik melalui vagina, oral maupun anal.
VCT ( Voluntary Counseling and Testing) ialah suatu proses yang bertujuan memungkinkan perorangan maupun pasangan untuk melakukan tes HIV. Proses ini disebut "voluntary" karena sifatnya sukarela.
Prevention Mother to Child Transmission (PMTCT) atau Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA), merupakan program pemerintah untuk mencegah penularan virus HIV/AIDS dari ibu ke bayi yang dikandungnya.

3.2              SARAN
Dengan selesainya penulisan dari makalah ini, kami berharap agar makalah ini berguna bagi para pembaca yang mana terutama untuk menambah pengetahuanserta wawasan kita. Kami juga berharap adanya kritik serta saran yang sekiranya dapat membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bias lebih baik lagi.


Daftar Pustaka




Tidak ada komentar:

Posting Komentar